Saat Chief Executive Officer (CEO) Nissan, Carlos Ghosn,
bertandang ke Indonesia pada 2010 lalu, pria ini membawa serta dua produk
penting bagi PT Nissan Motor Indonesia (NMI). Penting karena keduanya
diharapkan bisa memperlebar pasar Nissan di sini. Dua produk itu adalah city
car Nissan March dan crossover Nissan Juke. Sejauh ini, March sukses mengawali
kiprahnya berkat harganya yang terjangkau dan konsumsi BBM yang cukup irit.
Kini giliran Nissan Juke. Crossover yang dirilis di awal Juni 2011
ini boleh dibilang masih mengundang “tanda tanya”. Dengan desain yang terbilang
unik, mobil ini diposisikan di kelas crossover (paduan karakter mobil dari
beberapa kelas yang berbeda) yang selama ini identik dengan Suzuki SX4 yang
memang lebih dulu hadir. Menurut klaim PT NMI, Juke telah membukukan 2.000
pesanan (booking order) hingga tulisan ini diturunkan pada tengah Juni, dan NMI
berharap bisa menjual 10.000 unit Juke dalam setahun. Sebuah ambisi fantastis,
mengingat Juke adalah produk yang baru dikenal.
Namun, di negara asalnya, Jepang, Juke memang memberi kejutan luar
biasa untuk Nissan. Crossover ini diklaim telah mencetak pemesanan hingga
20.000 unit, dalam empat bulan setelah diluncurkan (data Oktober 2010). Angka
itu jauh melewati harapan Nissan yang hanya mentargetkan 1.300 unit setiap
bulan. Di belahan lain dunia, Eropa, Juke mencatat pemesanan 30.000 unit untuk
kurun waktu yang sama. Sepertinya, prestasi itulah yang memotivasi NMI untuk
mematok ambisi besar di Indonesia.
Chief Operating Officer
(COO) Nissan, Toshiyuki Shiga, yakin Juke akan sukses di Indonesia, seperti
juga di belahan bumi lainnya. Akankah mobil berparas “aneh” ini sukses di
Negeri Garuda? Hanya waktu yang akan menjawab. Dan road test kali ini mengulas
kualitas Juke di dalam berbagai aspek.
Desain
Saat pertama kali melihat mobil ini, wajar bila tersirat perasaan
bahwa desain Juke terlihat “aneh”. Desainnya dibuat oleh Nissan Design Europe
yang berkantor di London, Inggris, yang kemudian dimatangkan oleh Nissan Design
Center di Jepang. Penampilannya mencerminkan Nissan Qazana yang diperlihatkan
di Genewa Motor Show 2009. Desain Juke bisa membuat orang sangat berhasrat
untuk memilikinya, atau justru benar-benar menolaknya.
Juke mengedepankan garis pinggangnya yang tinggi dengan lingkar
fender yang besar. Kombinasi ini kontras dengan jendela samping yang kecil.
Desain pinggang tinggi dan fender besar memberi kesan gagah dan lebar. Selain
itu, mobil ini terlihat tinggi, meski sebenarnya lebih rendah ketimbang,
misalnya, Toyota Rush. Selain itu, penggunaan velg 17 inci dengan ban
215/55/R17 turut membuat mobil tampak tinggi.
Garis atapnya (di atas pilar C) tampil merendah di bagian
belakang, plus posisi tuas pembuka pintu belakang diletakkan di pilar C,
memberi kesan bagai coupe yang kuat. Di buritan, desain lampu rem yang melancip
mengingatkan pada lampu Nissan 370Z. Posisi lampu yang diletakkan di pilar C
hingga fender, membuat lampu mudah dilihat dari belakang, hal ini penting untuk
keselamatan di jalan saat beriringan.
Di haluannya terdapat lampu yang bertumpuk, dengan fungsi berbeda.
Barisan paling atas adalah lampu senja plus lampu sein. Posisinya yang menonjol
keluar dari fender (seperti mata yang ‘melotot’), dirancang agar pengemudi bisa
melihatnya dan menjadikannya patokan saat bermanuver.
Bagian tengah (bulat) adalah lampu utama, yang terinspirasi lampu
mobil reli di dekade ‘80-an. Yang terakhir adalah lampu kabut yang dilengkapi
fitur 'angel's eye' yang berpendar biru.
Perpaduan lampu bertumpuk yang seolah ‘melotot’, plus grille yang
ekstra-lebar, telah membuat Juke terlihat unik.
Beberapa rekan kami menyebutnya ‘Joker face’ (mirip wajah tokoh
Joker dalam serial komik Batman). Perpaduan grille dan fender besar serta lebar
seperti ini sebetulnya bukan hal baru bagi Nissan. Nissan Murano, yang kehadirannya
juga membuat pro dan kontra mengenai desain wajahnya, menganut aura desain yang
mirip.
Di balik bonnet-nya, tersimpan jantung pacu dari keluarga mesin
HR, serupa dengan yang digunakan Nissan Livina. Depot daya yang mengusung kode
HR15DE berkonfigrasi 4-silinder segaris dan berkapasitas 1,5 liter (1.498 cc).
Meski begitu, tenaga yang dihasilkan lebih besar ketimbang Livina, yakni 112 hp
versus 108 hp. Kelebihan ini didapat dari dual CVTC (continuous variable lift
& timing control) plus dual injector per silinder.
Daya lantas disalurkan
ke roda depan via transmisi X-tronic CVT 7-speed. Yang menarik, terdapat tiga
pilihan pengendaraan: Normal, Sport, dan Eco. Tiap mode pengendaraan akan
mengatur tingkat responsivitas mesin dan akurasi gear.
Interior
Tidak seperti wajahnya yang kontroversial, bagian interior
terlihat santun dan cenderung konvensional. Bentuk paling menarik terlihat dari
konsol tengah yang dilengkapi tempat penyimpanan dengan desain menarik.
Bentuknya mirip tangki sepeda motor. Dan memang itulah yang menginspirasi
desainer Nissan saat menciptakannya.
Di balik itu semua, tersemat sistem canggih yang dinamai I-CON
(integrated control system). I-CON direpresentasikan di tengah dashboard di
mana hanya terdapat dua tombol utama untuk mengatur suhu dan pengendaraan,
serta enam tombol lainnya di seputar layar indikator.
Saat tombol ‘climate’ ditekan, layar dan tombol di sekitar layar
akan berubah menjadi pengaturan AC. Dan layar pun menampilkan informasi
temperatur AC. Namun, jika tombol ‘D-Mode’ ditekan, tombol-tombol itu akan
berubah menjadi tombol pengaturan pengendaraan seperti Sport, Normal, Eco.
Secara otomatis pula, layar akan menampilkan informasi sesuai mode
pengendaraan.
Hal lainnya adalah sistem ‘WiFi ready’ yang memungkinkan penumpang
berselancar di dunia maya jika berada dekat dengan ‘hot spot’. Internet
ditampilkan pada head unit dengan layar sentuh yang, anehnya, tidak bisa
memutarkan CD. Sebagai gantinya, terdapat soket ‘aux’ dan tentu saja soket USB
untuk iPod atau perangkat USB lainnya. Selain itu, head unit juga memiliki
kemampuan bluetooth dan ‘voice command’.
Lingkar kemudi dibalut bahan kulit, dengan diamater dan ketebalan
yang enak digenggam. Cluster utama mudah dibaca, begitu juga panel
indikatiornya, meski tombol aktivasi MID (multi information display) sedikit
terhalang oleh penutup (cover) rumah setir.
Jok yang terbungkus bahan fabric terasa agak keras, terutama di
bagian punggung. Hal ini membuat pengendara akan merasa cepat lelah. Selain
itu, tuas untuk menaikturunkan ketinggian kursi sulit diraih, terutama jika
pintu sudah ditutup. Namun, jok cukup fleksibel untuk ditegak-rebahkan,
sehingga pengemudi mudah mendapatkan posisi duduk yang pas.
Kenyamanan udara kabin cukup terjaga berkat fitur ‘climate
control’. Namun, posisi ventilasi yang terlalu dekat dengan setir, membuat
tangan kiri pengemudi selalu terkena embusan AC, meski arahnya telah diubah.
Memang tidak masalah jika memang udara sedang panas, namun lama-lama membuat
tidak nyaman dan mengganggu, terlebih di malam hari yang dingin.
Satu lagi yang membuat
interior Juke menarik adalah keheningannya. Suara mesin terdengar minim
menginterupsi kabin, baik saat stasioner ataupun saat berpacu. Kapasitas bagasi
bisa ditingkatkan menjadi 830 liter dengan melipat jok belakangnya.
Performa
Meski memakai platform
dari model Nissan lainnya dan mengusung mesin yang serupa dengan milik Livina,
toh Nissan berupaya memupus bahwa Juke adalah Livina dengan bodi yang
ditinggikan. Kinerja crossover ini terbilang baik. Kuncinya, dari tiga pilihan
mode pengendaraannya.
Pertama, mode Sport,
yang akan memprogram ECU agar mesin dan transmisi berperilaku agresif. Kedua,
mode Normal, di mana setelan mesin dan transmisi agak moderat. Terakhir yaitu
ECO, di mana ECU memerintahkan mesin dan transmisi berperilaku lebih 'santun'
demi menghemat BBM.
Dan mode Sport adalah
yang terbaik. Sebab, dengan mode inilah Juke menujukkan karakter yang berbeda.
Di mode Normal, performa Juke agak kurang menggigit, terlebih di mode Eco. Dan
data pengujian membuktikan hal itu.
Pada mode Sport, Juke
mampu berlari 0-100 kpj dalam 12,2 detik. Sedangkan di mode Normal, tercatat
12,8 detik, dan di mode Eco melorot menjadi 13,2 detik. Adapun di akselerasi
menengah,
Juke menoreh 30-50 kpj
dalam 1,9 detik, serta 50-70 kpj dalam 2,5 detik. Bandingkan dengan mode Normal
yang catatan waktunya lebih lambat 0,4 detik dan Eco lebih lambat 0,6 detik
untuk kedua akselerasi itu.
Meski mode Sport lebih
baik ketimbang model lainnya, Juke terbilang lambat untuk mencapai kecepatan
maskimum. Terbukti, catatan waktu 0-160 kpj dalam 43,9 detik dan jarum
speedometer hanya mentok di 170 kpj. Memang, jarum masih bisa naik, hanya saja
pergerakannya lamban dan mesin sudah menderu di redline.
Meski begitu, Nissan
membayar performanya dengan pemilihan transmisi yang pas. X-Tronic CVT yang
dikembangkan dan menjadi trademark Nissan membuat mobil ini memiliki level
kegesitan yang baik. Lihat saja, dalam akselerasi overtaking (menyusul),
sekitar 0-60 kpj, Juke mencatat 5,5 detik. Begitu juga kenaikan catatan waktu
mulai dari nol hingga per step 10 kpj dengan hitungan kurang dari satu detik.
Peranti deselerasi juga tidak mengecewakan. Untuk 80-0 kpj, Juke berhenti dalam
2,6 detik dengan jarak 26,6 meter.
Pengendalian
Selain menyalurkan daya,
transmisinya ikut menyumbang kenyamanan berkendara. Saat perpindahan gear, Anda
tidak akan menemukan jeda ataupun hentakan. Nilai lebih dari kesenangan
berkendara juga didapat dari peranti electronic power steeringnya, yang
secara otomatis terasa lebih berat, seiring naiknya kecepatan mobil. Kondisi
ini membuat pengemudi semakin percaya diri.
Di kolong mobil
terangkai suspensi tipe Mac Pherson strut di depan dan torsion beam di
belakang. Kaki depan dan belakang juga dipasangi stabilizer. Dengan komposisi
ini, Juke mampu meredam manuver dadakan kala setir mobil ditekuk.
Sayang, suspensinya
terbilang keras untuk mobil crossover. Sepertinya, ban dengan profil 55%,
telapak 215 mm, dan diameter 17 inci, terasa terlalu tipis untuk meredam
pantulan mobil. Namun, ada nilai plus dari pemasangan velg dan telapak cukup
lebar itu: kendali Juke dalam melahap tikungan ataupun kelokan melebar
terbilang mumpuni.
Gejala body roll dapat
diredam dengan baik berkat desain upper body (baca boks Under The Skin) yang
terhubung dengan mounting suspensi. Sayangnya, saat berada di lintasan luar
kota yang penuh jalan bergelombang dan tambal sulam, artikulasi Juke agak
menurun. Mobil ini seolah kehilangan napas untuk melaju lebih baik lagi.
Harga
Juke ditawarkan dalam
dua pilihan model: 1.5 L CVT Rp 238,8 juta dan 1.5 L CVT RX Rp 248,8 juta.
Dengan banderol harga yang dimilikinya, Juke terbilang lebih mahal (sekitar Rp
20 jutaan) ketimbang Suzuki SX4 dan mini MPV/hatchback sekelas Honda Jazz dkk.
Meski begitu, si ‘Joker face’ masih lebih murah ketimbang crossover lain yang
lebih tampan, seperti Kia Sportage.
Hampir tidak ada
perbedaan yang signifikan dari tiap model yang dijual, kecuali fitur tambahan
seperti headlamp Halogen (tipe CVT) dan Xenon (tipe CVT RX), parking sensor
(CVT RX), smart entry, dan keyset remote. Adapun mesin, transmisi, dan interior
tak ada beda.
Nissan memberi garansi 3
tahun atau 100.000 km. Tak ketinggalan, layanan Emergency Road Assist 24 jam
untuk area Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Verdict
Dibangun dari pabrik
Nissan di Oppama, Jepang, Juke batch pertama dihadirkan secara CBU oleh PT NMI.
Secara global, Nissan menegaskan bahwa mobil ini masuk ke dalam genre
crossover, blasteran antara "light off-roader" dengan sebuah coupe.
Tapi, tak seperti Murano dan Qashqai, Juke terlihat tidak biasa. Garis tubuhnya
begitu ekstrem, dan handle pintu belakang membuatnya terlihat seperti sebuah
coupe. Tantangan pertama bagi Nissan untuk memasarkan Juke adalah tampangnya
yang tidak lazim. Tapi, menurut release terakhir NMI, Juke sudah mencapai
pemesanan yang cukup tinggi. Apakah konsumen Indonesia mentolerir desain yang
ditawarkan? Kita lihat saja perkembangannya.