Tuesday, July 7, 2015

Nissan Juke - Enemy of The Ordinary


Nissan Juke adalah mobil berjenis mini-crossover yang diluncurkan pada tahun 2010 oleh Nissan.Mobil ini memulai debutnya di ajang Geneva Motor Show 2010 pada bulan Maret, dan diperkenalkan di pasar Amerika Utara pada ajang New York International Auto Show 2010.

Saat Chief Executive Officer (CEO) Nissan, Carlos Ghosn, bertandang ke Indonesia pada 2010 lalu, pria ini membawa serta dua produk penting bagi PT Nissan Motor Indonesia (NMI). Penting karena keduanya diharapkan bisa memperlebar pasar Nissan di sini. Dua produk itu adalah city car Nissan March dan crossover Nissan Juke. Sejauh ini, March sukses mengawali kiprahnya berkat harganya yang terjangkau dan konsumsi BBM yang cukup irit.
Kini giliran Nissan Juke. Crossover yang dirilis di awal Juni 2011 ini boleh dibilang masih mengundang “tanda tanya”. Dengan desain yang terbilang unik, mobil ini diposisikan di kelas crossover (paduan karakter mobil dari beberapa kelas yang berbeda) yang selama ini identik dengan Suzuki SX4 yang memang lebih dulu hadir. Menurut klaim PT NMI, Juke telah membukukan 2.000 pesanan (booking order) hingga tulisan ini diturunkan pada tengah Juni, dan NMI berharap bisa menjual 10.000 unit Juke dalam setahun. Sebuah ambisi fantastis, mengingat Juke adalah produk yang baru dikenal.
Namun, di negara asalnya, Jepang, Juke memang memberi kejutan luar biasa untuk Nissan. Crossover ini diklaim telah mencetak pemesanan hingga 20.000 unit, dalam empat bulan setelah diluncurkan (data Oktober 2010). Angka itu jauh melewati harapan Nissan yang hanya mentargetkan 1.300 unit setiap bulan. Di belahan lain dunia, Eropa, Juke mencatat pemesanan 30.000 unit untuk kurun waktu yang sama. Sepertinya, prestasi itulah yang memotivasi NMI untuk mematok ambisi besar di Indonesia.
Chief Operating Officer (COO) Nissan, Toshiyuki Shiga, yakin Juke akan sukses di Indonesia, seperti juga di belahan bumi lainnya. Akankah mobil berparas “aneh” ini sukses di Negeri Garuda? Hanya waktu yang akan menjawab. Dan road test kali ini mengulas kualitas Juke di dalam berbagai aspek.

Desain

Saat pertama kali melihat mobil ini, wajar bila tersirat perasaan bahwa desain Juke terlihat “aneh”. Desainnya dibuat oleh Nissan Design Europe yang berkantor di London, Inggris, yang kemudian dimatangkan oleh Nissan Design Center di Jepang. Penampilannya mencerminkan Nissan Qazana yang diperlihatkan di Genewa Motor Show 2009. Desain Juke bisa membuat orang sangat berhasrat untuk memilikinya, atau justru benar-benar menolaknya.
Juke mengedepankan garis pinggangnya yang tinggi dengan lingkar fender yang besar. Kombinasi ini kontras dengan jendela samping yang kecil. Desain pinggang tinggi dan fender besar memberi kesan gagah dan lebar. Selain itu, mobil ini terlihat tinggi, meski sebenarnya lebih rendah ketimbang, misalnya, Toyota Rush. Selain itu, penggunaan velg 17 inci dengan ban 215/55/R17 turut membuat mobil tampak tinggi.
Garis atapnya (di atas pilar C) tampil merendah di bagian belakang, plus posisi tuas pembuka pintu belakang diletakkan di pilar C, memberi kesan bagai coupe yang kuat. Di buritan, desain lampu rem yang melancip mengingatkan pada lampu Nissan 370Z. Posisi lampu yang diletakkan di pilar C hingga fender, membuat lampu mudah dilihat dari belakang, hal ini penting untuk keselamatan di jalan saat beriringan.
Di haluannya terdapat lampu yang bertumpuk, dengan fungsi berbeda. Barisan paling atas adalah lampu senja plus lampu sein. Posisinya yang menonjol keluar dari fender (seperti mata yang ‘melotot’), dirancang agar pengemudi bisa melihatnya dan menjadikannya patokan saat bermanuver. 
Bagian tengah (bulat) adalah lampu utama, yang terinspirasi lampu mobil reli di dekade ‘80-an. Yang terakhir adalah lampu kabut yang dilengkapi fitur 'angel's eye' yang berpendar biru.
Perpaduan lampu bertumpuk yang seolah ‘melotot’, plus grille yang ekstra-lebar, telah membuat Juke terlihat unik.
Beberapa rekan kami menyebutnya ‘Joker face’ (mirip wajah tokoh Joker dalam serial komik Batman). Perpaduan grille dan fender besar serta lebar seperti ini sebetulnya bukan hal baru bagi Nissan. Nissan Murano, yang kehadirannya juga membuat pro dan kontra mengenai desain wajahnya, menganut aura desain yang mirip.
Di balik bonnet-nya, tersimpan jantung pacu dari keluarga mesin HR, serupa dengan yang digunakan Nissan Livina. Depot daya yang mengusung kode HR15DE berkonfigrasi 4-silinder segaris dan berkapasitas 1,5 liter (1.498 cc). Meski begitu, tenaga yang dihasilkan lebih besar ketimbang Livina, yakni 112 hp versus 108 hp. Kelebihan ini didapat dari dual CVTC (continuous variable lift & timing control) plus dual injector per silinder. 
Daya lantas disalurkan ke roda depan via transmisi X-tronic CVT 7-speed. Yang menarik, terdapat tiga pilihan pengendaraan: Normal, Sport, dan Eco. Tiap mode pengendaraan akan mengatur tingkat responsivitas mesin dan akurasi gear.

Interior

Tidak seperti wajahnya yang kontroversial, bagian interior terlihat santun dan cenderung konvensional. Bentuk paling menarik terlihat dari konsol tengah yang dilengkapi tempat penyimpanan dengan desain menarik. Bentuknya mirip tangki sepeda motor. Dan memang itulah yang menginspirasi desainer Nissan saat menciptakannya.
Di balik itu semua, tersemat sistem canggih yang dinamai I-CON (integrated control system). I-CON direpresentasikan di tengah dashboard di mana hanya terdapat dua tombol utama untuk mengatur suhu dan pengendaraan, serta enam tombol lainnya di seputar layar indikator.
Saat tombol ‘climate’ ditekan, layar dan tombol di sekitar layar akan berubah menjadi pengaturan AC. Dan layar pun menampilkan informasi temperatur AC. Namun, jika tombol ‘D-Mode’ ditekan, tombol-tombol itu akan berubah menjadi tombol pengaturan pengendaraan seperti Sport, Normal, Eco. Secara otomatis pula, layar akan menampilkan informasi sesuai mode pengendaraan.
Hal lainnya adalah sistem ‘WiFi ready’ yang memungkinkan penumpang berselancar di dunia maya jika berada dekat dengan ‘hot spot’. Internet ditampilkan pada head unit dengan layar sentuh yang, anehnya, tidak bisa memutarkan CD. Sebagai gantinya, terdapat soket ‘aux’ dan tentu saja soket USB untuk iPod atau perangkat USB lainnya. Selain itu, head unit juga memiliki kemampuan bluetooth dan ‘voice command’.
Lingkar kemudi dibalut bahan kulit, dengan diamater dan ketebalan yang enak digenggam. Cluster utama mudah dibaca, begitu juga panel indikatiornya, meski tombol aktivasi MID (multi information display) sedikit terhalang oleh penutup (cover) rumah setir.
Jok yang terbungkus bahan fabric terasa agak keras, terutama di bagian punggung. Hal ini membuat pengendara akan merasa cepat lelah. Selain itu, tuas untuk menaikturunkan ketinggian kursi sulit diraih, terutama jika pintu sudah ditutup. Namun, jok cukup fleksibel untuk ditegak-rebahkan, sehingga pengemudi mudah mendapatkan posisi duduk yang pas.
Kenyamanan udara kabin cukup terjaga berkat fitur ‘climate control’. Namun, posisi ventilasi yang terlalu dekat dengan setir, membuat tangan kiri pengemudi selalu terkena embusan AC, meski arahnya telah diubah. Memang tidak masalah jika memang udara sedang panas, namun lama-lama membuat tidak nyaman dan mengganggu, terlebih di malam hari yang dingin.  
Satu lagi yang membuat interior Juke menarik adalah keheningannya. Suara mesin terdengar minim menginterupsi kabin, baik saat stasioner ataupun saat berpacu. Kapasitas bagasi bisa ditingkatkan menjadi 830 liter dengan melipat jok belakangnya.

Performa

Meski memakai platform dari model Nissan lainnya dan mengusung mesin yang serupa dengan milik Livina, toh Nissan berupaya memupus bahwa Juke adalah Livina dengan bodi yang ditinggikan. Kinerja crossover ini terbilang baik. Kuncinya, dari tiga pilihan mode pengendaraannya.
Pertama, mode Sport, yang akan memprogram ECU agar mesin dan transmisi berperilaku agresif. Kedua, mode Normal, di mana setelan mesin dan transmisi agak moderat. Terakhir yaitu ECO, di mana ECU memerintahkan mesin dan transmisi berperilaku lebih 'santun' demi menghemat BBM.
Dan mode Sport adalah yang terbaik. Sebab, dengan mode inilah Juke menujukkan karakter yang berbeda. Di mode Normal, performa Juke agak kurang menggigit, terlebih di mode Eco. Dan data pengujian membuktikan hal itu.
Pada mode Sport, Juke mampu berlari 0-100 kpj dalam 12,2 detik. Sedangkan di mode Normal, tercatat 12,8 detik, dan di mode Eco melorot menjadi 13,2 detik. Adapun di akselerasi menengah,
Juke menoreh 30-50 kpj dalam 1,9 detik, serta 50-70 kpj dalam 2,5 detik. Bandingkan dengan mode Normal yang catatan waktunya lebih lambat 0,4 detik dan Eco lebih lambat 0,6 detik untuk kedua akselerasi itu.
Meski mode Sport lebih baik ketimbang model lainnya, Juke terbilang lambat untuk mencapai kecepatan maskimum. Terbukti, catatan waktu 0-160 kpj dalam 43,9 detik dan jarum speedometer hanya mentok di 170 kpj. Memang, jarum masih bisa naik, hanya saja pergerakannya lamban dan mesin sudah menderu di redline.
Meski begitu, Nissan membayar performanya dengan pemilihan transmisi yang pas. X-Tronic CVT yang dikembangkan dan menjadi trademark Nissan membuat mobil ini memiliki level kegesitan yang baik. Lihat saja, dalam akselerasi overtaking (menyusul), sekitar 0-60 kpj, Juke mencatat 5,5 detik. Begitu juga kenaikan catatan waktu mulai dari nol hingga per step 10 kpj dengan hitungan kurang dari satu detik. Peranti deselerasi juga tidak mengecewakan. Untuk 80-0 kpj, Juke berhenti dalam 2,6 detik dengan jarak 26,6 meter.

Pengendalian

Selain menyalurkan daya, transmisinya ikut menyumbang kenyamanan berkendara. Saat perpindahan gear, Anda tidak akan menemukan jeda ataupun hentakan. Nilai lebih dari kesenangan berkendara juga didapat dari  peranti electronic power steeringnya, yang secara otomatis terasa lebih berat, seiring naiknya kecepatan mobil. Kondisi ini membuat pengemudi semakin percaya diri.
Di kolong mobil terangkai suspensi tipe Mac Pherson strut di depan dan torsion beam di belakang. Kaki depan dan belakang juga dipasangi stabilizer. Dengan komposisi ini, Juke mampu meredam manuver dadakan kala setir mobil ditekuk.
Sayang, suspensinya terbilang keras untuk mobil crossover. Sepertinya, ban dengan profil 55%, telapak 215 mm, dan diameter 17 inci, terasa terlalu tipis untuk meredam pantulan mobil. Namun, ada nilai plus dari pemasangan velg dan telapak cukup lebar itu: kendali Juke dalam melahap tikungan ataupun kelokan melebar terbilang mumpuni.
Gejala body roll dapat diredam dengan baik berkat desain upper body (baca boks Under The Skin) yang terhubung dengan mounting suspensi. Sayangnya, saat berada di lintasan luar kota yang penuh jalan bergelombang dan tambal sulam, artikulasi Juke agak menurun. Mobil ini seolah kehilangan napas untuk melaju lebih baik lagi.

Harga

Juke ditawarkan dalam dua pilihan model: 1.5 L CVT Rp 238,8 juta dan 1.5 L CVT RX Rp 248,8 juta. Dengan banderol harga yang dimilikinya, Juke terbilang lebih mahal (sekitar Rp 20 jutaan) ketimbang Suzuki SX4 dan mini MPV/hatchback sekelas Honda Jazz dkk. Meski begitu, si ‘Joker face’ masih lebih murah ketimbang crossover lain yang lebih tampan, seperti Kia Sportage.
Hampir tidak ada perbedaan yang signifikan dari tiap model yang dijual, kecuali fitur tambahan seperti headlamp Halogen (tipe CVT) dan Xenon (tipe CVT RX), parking sensor (CVT RX), smart entry, dan keyset remote. Adapun mesin, transmisi, dan interior tak ada beda.
Nissan memberi garansi 3 tahun atau 100.000 km. Tak ketinggalan, layanan Emergency Road Assist 24 jam untuk area Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Verdict

Dibangun dari pabrik Nissan di Oppama, Jepang, Juke batch pertama dihadirkan secara CBU oleh PT NMI. Secara global, Nissan menegaskan bahwa mobil ini masuk ke dalam genre crossover, blasteran antara "light off-roader" dengan sebuah coupe. Tapi, tak seperti Murano dan Qashqai, Juke terlihat tidak biasa. Garis tubuhnya begitu ekstrem, dan handle pintu belakang membuatnya terlihat seperti sebuah coupe. Tantangan pertama bagi Nissan untuk memasarkan Juke adalah tampangnya yang tidak lazim. Tapi, menurut release terakhir NMI, Juke sudah mencapai pemesanan yang cukup tinggi. Apakah konsumen Indonesia mentolerir desain yang ditawarkan? Kita lihat saja perkembangannya.


Acura MDX - You Were Behind The Wheel

Acura MDX
Acura MDX
Acura MDX atau Honda MDX (di Jepang dan Australia) adalah SUV crossover mewah yang diproduksi oleh Acura sejak tahun 2000. MDX adalah crossover SUV pertama yang memiliki baris ketiga tempat duduk. Singkatan alfanumeriknya berasal dari "Multi-Dimensional luxury". Saat itu diperkenalkan sebagai model 2001, menggantikan SLX yang penjualannya melambat di pasar Amerika Serikat - basisnya dari Isuzu Trooper . Di Jepang, mengisi tempat Honda HorizonZDX, penampilannya mirip denganBMW X6.
 (yang basisnya juga dari Trooper) yang dihentikan penjualannya pada tahun 1999. Pada tahun 2003, Honda MDX mulai dijual di Jepang dan Australia. Untuk tahun 2009, Acura menambahkan crossover untuk slot diatas MDX, yang disebut ZDX, penampilannya mirip denganBMW X6.

Monday, July 6, 2015

BMW X5 - Give The Boss Some Room.

BMW X5
BMW X5 2015
BMW X5 adalah SUV mewah (J-segment di Eropa) yang diproduksi oleh BMW. Generasi pertama dari X5, dengan kode sasis E53, dijual pertama kali pada tahun 1999. X5 merupakan SUV pertama BMW yang menggunakan sistem penggerak 4WD all-wheel drive. Pada tahun 2005 generasi kedua mobil ini diluncurkan dengan kode sasis E70.
BMW menggolongkan X5 sebagai Sport Activity Vehicle (SAV) daripada SUV, untuk menunjukkan kelincahannya di jalan raya meskipun ukurannya besar. Mobil ini bersaing dengan Mercedes-Benz M-Class dan Lexus RX. X5 berbagi platform yang sama dengan sedan BMW Seri 5.

Audi Q7 - A Luxurious Performance for Seven

Audi Q7
Audi Q7

Audi Q7 adalah sebuah crossover SUV mewah yang dipasarkan oleh pabrikan otomotif Jerman Audi AG. Muncul pertama kali bulan September 2005 pada pergelaran Frankfurt Motor Show. Produksi dari mobil ini sendiri dimulai pada musim gugur 2005 di Bratislava, Slovakia. Mobil ini merupakan SUV pertama dari Audi. Mobil SUV keduanya adalah Q5 yang diluncurkan kira-kira empat tahun kemudian.
Audi Q7 (kode produksi Typ 4L) merupakan modifikasi dari Platform Grup Volkswagen PL71. Berawal dari mobil konsep Audi Pikes Peak quattro, Q7 didesain untuk lebih kepada mobil perkotaan, bukan untuk mobil off-road yang mana dibutuhkan transfer case. Mobil ini sudah menggunakan penggerak 4 roda permanen (4WD) yang dinamakan quattro. Mobil ini juga dilengkapi dengan pengatur ketinggian suspensi udara (adjustable-height air suspension) yang bisa membantu untuk penggunaan off road.